Funds Transfer Pricing (Series 2b)

Funds Transfer Pricing (FTP) & ILAAP

Menghubungkan Harga Dana Internal dengan Kesehatan Likuiditas Bank


Apa Itu ILAAP?

Internal Liquidity Adequacy Assessment Process (ILAAP) adalah kerangka yang mewajibkan bank:

• Mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan menjaga kecukupan likuiditas secara berkelanjutan.
• Menyusun skenario stres, menilai ketahanan pendanaan, serta menyelaraskan strategi likuiditas dengan risk appetite.
• Melaporkan hasilnya kepada regulator (OJK/BI) dan Dewan Direksi.

ILAAP menuntut angka yang tajam tentang biaya pendanaan, stabilitas dana, dan perilaku nasabah—semua area yang langsung bersinggungan dengan FTP.


Mengapa FTP Menjadi Komponen Kunci Dalam ILAAP?

  1. Penentuan Biaya Likuiditas yang Realistis
    • FTP mengkuantifikasi marginal cost of funds untuk setiap tenor. Angka ini adalah input utama proyeksi arus kas dan liquidity gap ILAAP.
    • Tanpa FTP, biaya likuiditas sering dicampur rata, menyesatkan ukuran ketahanan likuiditas.
  2. Alokasi Risiko & Insentif
    • ILAAP mensyaratkan agar risiko likuiditas ditanggung oleh unit yang menciptakannya. FTP melakukan hal itu lewat liquidity premiums dan contingency spreads—sehingga unit bisnis terdorong menyesuaikan harga produk dengan risiko likuiditas aktual.
  3. Konsistensi Skenario Stres
    • Stress testing likuiditas butuh kurva suku bunga transfer berbasis skenario (normal, mild stress, severe stress). Kurva FTP yang dinamis membuat output ILAAP lebih kredibel.
    • Misal skenario penurunan rating bank → funding spread FTP otomatis naik 80 bps; gap likuiditas dalam ILAAP langsung tercermin.
  4. Pengukuran Produk Tanpa Jatuh Tempo (NMDs)
    • Tabungan dan giro—yang sangat krusial pada analisis likuiditas—dimodelkan melalui FTP (replicating portfolio). Model perilaku ini menjadi dasar asumsi run-off ILAAP.
  5. Integrasi Governance
    • ALCO umumnya memegang kendali baik atas FTP maupun ILAAP. Satu kebijakan terpadu meminimalkan duplikasi pekerjaan dan memastikan cerita yang sama di laporan manajemen, ICAAP, dan ILAAP.

Ilustrasi Ringkas

• Bank ABC menerapkan FTP curve 3-bulan sebesar 5,2 % dan spread likuiditas 40 bps.
• Unit Kredit Konsumer meminjam dana internal 5,6 %.
• ILAAP stress scenario +100 bps spread funding: FTP naik ke 6,6 % → margin unit turun otomatis.
• Hasil:

  1. ILAAP menunjukkan kebutuhan likuiditas tambahan Rp1,2 triliun.
  2. Unit bisnis melihat penurunan profit dan mulai menyesuaikan pricing, cap volume, atau mencari sumber pendanaan alternatif.

Proses ini menutup loop antara penilaian risiko (ILAAP) dan perilaku komersial (FTP).

Praktik Terbaik untuk Bankers

  1. Gunakan matched-maturity FTP sebagai baseline ILAAP; tambah behavioral overlay untuk NMDs.
  2. Kembangkan stress FTP curves tersendiri (rating downgrade, market closure, flight-to-quality).
  3. Tautkan limit likuiditas ke profit center berdasarkan FTP-adjusted cash flow gap.
  4. Re-kalibrasi FTP dan ILAAP secara bersamaan—minimum tiap kuartal atau saat volatilitas pasar signifikan.
  5. Pastikan dokumentasi metodologi FTP tersedia bagi tim ILAAP dan audit; konsistensi metodologis merupakan fokus regulator.

Kesimpulan

FTP menyediakan “harga internal” untuk setiap rupiah yang dipinjam atau ditempatkan; ILAAP memastikan bank mampu memenuhi semua kewajiban likuiditas, bahkan dalam kondisi tertekan. Ketika FTP terintegrasi dengan baik ke dalam ILAAP:

• Pengukuran kecukupan likuiditas menjadi lebih presisi.
• Insentif bisnis sejalan dengan risk appetite bank.
• Laporan kepada regulator lebih kuat dan mudah dipertahankan.

Singkat kata, FTP adalah fondasi numerik, sementara ILAAP adalah kerangka strategik. Menggabungkan keduanya berarti memastikan bahwa setiap keputusan harga berdampak positif pada kesehatan likuiditas bank—sebuah kebutuhan mutlak bagi banker modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *